• Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
Friday, 16 April, 2021
  • Login
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
No Result
View All Result

Belajar Prihatin Pada Ali

muadz by muadz
28/05/2016
in Artikel, Hikmah, Informasi dan Komunikasi, Opini
0
Home Artikel
0
SHARES
24
VIEWS
Share on Facebook

Kemanakah kita layak bercermin saat kemiskinan begitu menjerat? Kemanakah kita berkaca saat iman mulai goyah karena diterpa keterpurukan hidup? Ali bin Abi Thalib. Ya, kepada khalifah paling “bungsu” dan muda itulah barangkali kita bisa berguru.

Dialah menantu yang sejak menikahi putri Rasulullah saw, Fatimah, hanya berbekal sebuah baju zirah; sebuah baju perang dari besi yang kemudian dijual dan dijadikan mahar untuk meminang putri kesayangan Nabi Muhammad. Kita tahu, saat itu, sejarah mencatat betapa banyak para sahabat yang kaya raya ingin sekali menjadi mempelai pria Fatimah. Abu Bakar bin Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Abdurrahman bin Auf adalah di antara para sahabat yang pernah mengutarakan niatnya meminang Fatimah. Tapi Nabi menolak mereka. Dan Ali-lah sang pemenangnya. Rahasianya hanya satu:  iman yang kokoh. Ia hanya bermodalkan cinta kepada Allah, Rasulullah dan Islam.  Bukan harta melimpah, bukan juga kilau dunia yang menggoda.

Syahdan, rumah tangga Ali dan Fatimah pun masyhur dihiasi dengan pelbagai kisah yang menggetarkan hati. Bayangkan, suatu hari, seorang putri kinasih Rasul harus rela menahan lapar karena suaminya yang tidak mampu menafkahinya.

“Bagaimana keadaanmu, anakku?” tanya Rasul saat mengunjungi Fatimah yang sedang sakit di rumahnya.

Baca JugaBerita Lainnya

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

VAKSINASI COVID-19

“Kepalaku sakit. Bertambah sakit karena aku belum makan. Tidak ada makanan yang dapat aku makan.” Rintih Fatimah kepada ayahnya. Lalu, tahukah Anda jawaban Rasul kepada putrinya itu? Apakah ia menyalahkan Ali yang tak mampu memberi anaknya makanan?

“Berbahagialah engkau. Engkaulah pemimpin seluruh wanita di dunia,” demikian jawab Nabi. Beliau tidak murka kepada Ali, karena ia sejatinya memang tahu bahwa hidup Ali begitu sederhana dan memprihatinkan. Beliau tahu kalau menantunya itu seringkali mengorbankan diri demi orang lain yang juga kelaparan dan miskin. Beliau tahu  bahwa Ali adalah suami terbaik yang diridhai Allah dengan cahaya iman yang begitu meneduhkan. “Anakku, ayah dan suamimu tidak miskin. Aku telah ditawari harta dunia, tapi aku memilih apa yang ada pada Tuhanku. Anakku, sesungguhnya Allah telah melihat ke bumi, lalu Dia memilih ayahmu dan suamimu. Anakku, sebaik-baik suami adalah suamimu,” begitulah Nabi meyakinkan Fatimah saat wanita-wanita Quraisy menggunjing ihwal kondisi suaminya yang serba kekurangan.

Ada baiknya juga bila kita tengok sebuah hadits yang pernah termaktub dalam Kitab Usfuriah. Dikisahkan begini:

Sa’id bin Musayyab menceritakan tentang kondisi Khalifah Ali bin Abi Thalib.   Suatu hari, Ali keluar dari rumahnya dan bertemu dengan Salman Al-Farisi.

“Apa kabar, Abu  Abdillah [nama panggilan Salman Al-Farisi]?”  tanya Ali.

“Kabar saya, wahai Amirul Mukminin, menyangkut empat keprihatinan,” jawab Salman. “Keprihatinan tentang apa? Semoga Allah merahmatimu.”

“Keprihatinan tentang keluarga yang selalu membutuhkan roti; keprihatinan sebagai hamba yang harus taat kepada Allah; keprihatinan kepada setan, yang selalu mengajak maksiat; dan keprihatinan terhadap Malaikat Maut yang akan mencabut ruh saya.”

“Bergembiralah, Abu Abdillah!” ujar Ali, “pada setiap hal yang tadi itu, engkau memiliki derajat.” Ali lalu bercerita:

Suatu hari, aku datang kepada Rasulullah, dan beliau bertanya kepadaku: “Apa kabarmu pagi ini,  Ali?”

“Rasulullah, saya sudah tak memiliki apa-apa lagi di rumah, kecuali air. Ini memprihatinkan saya. Lalu saya prihatin terhadap ketaatan saya sebagai hamba Allah. Kemudian keprihatinan akan semua akibat perbuatan yang saya lakukan, dan keprihatinan akan datangya Malaikat Maut,” demikian jawabku.

Nabi lalu berkata: “Bergembiralah, Ali! Sesungguhnya keprihatinan itu merupakan tabir pelindung dari neraka. Keprihatinan terhadap ketaatan seorang hamba penciptanya adalah pengamannya dari azab. Keprihatinan terhadap akibat kelakuan sendiri adalah jihad dan melebihi keutamaan ibadah 60 tahun. Sedang keprihatinan terhadap Malaikat Maut adalah penghapus dosa-dosa.”

“Ketahuilah, Ali,” imbuh Nabi lagi, ”keprihatinanmu itu tidak mempengaruhi rezekimu.tetapi memberimu pahala. Karena itu, bersyukurlah kepada Allah, dan jadilah orang tawakal, niscaya kau akan menjadi kekasih Allah.”

“Dengan apa saya bersyukur? ” tanyaku kepada Rasulullah.

“Dengan Islam, “ jawab Nabi.

“Dengan apa saya taat kepada Allah?”

“Dengan mengucapkan la haula wala Quwwata illa billahil ‘ Aliyyil azhim”.

“Lalu apa yang harus saya singkirkan?”

“Amarahmu”, jawab Nabi. “Menyingkiri rasa amarah akan memadamkan amarah Tuhan. Juga memberatkan timbangan amalmu serta menuntunmu ke surga.”

Salman al-Farisi lalu berkata: “saya memang sangat prihatin akan hal hal itu, terutama yang menyangkut soal keluarga.”

Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa tak pernah memprihatinkan keluarganya, ia tak memiliki bagian di surga,” sahut  Ali.

Lalu, Salman menyergah: “Bukankah Nabi juga pernah bersabda: “Seorang pengasuh keluarga tak akan bahagia selama-lamanya?”

Ali menjawab: “Bukan begitu maksudnya. Jika pekerjaan halal, tentunya, kau bahagia, Salman. Surga disiapkan untuk mereka yang prihatin dan sedih dalam mencari yang halal.”

Demikianlah, tips menyikapi hidup saat seseorang dilanda keprihatinan yang diajarkan Nabi kepada Imam Ali.

Kita semua tahu bahwa bertahan hidup di zaman sekarang ini sungguhlah berat. Pekerjaan yang langka. Kebutuhan hidup yang harganya kian melambung. Semua itu kerap membuat seseorang memilih jalan yang tidak diridhai Allah; mengais rezeki dengan cara-cara yang tidak baik dan halal.

Nah, saat momen-momen keprihatinan menyergap Anda, ada baiknya kita  bercermin kepada pesan Khalifah Ali tersebut. Bahwa ujian hidup yang memprihatinkan itu, kelak, akan mengantarkan seorang hamba pada surga-Nya.

Sebab, kita mafhum, betapa ujian kekurangan, kemiskinan, keprihatinan dan kawan-kawannya adalah ujian yang kerap menggelincirkan seseorang kepada kekufuran. Tentu, kita semua tak ingin termasuk di dalamnya, bukan? Semoga. [Muaz/Sumber rujukan: Fathimah, The True Story of Muhammad and Khadijah’s Beloved Daughter (Arifa Publishing, Jakarta: 2008) dan Kitab Usufuriah, Kisah-Kisah Hikmah Dari Lektur Pesantren [Pustaka Firdaus, Jakarta: 1993]

 

  • Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya
    Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya
    by nanda●04/03/2021
  • NEGERI DARURAT MIRAS
    NEGERI DARURAT MIRAS
    by nanda●04/03/2021

Tags: belajarhidupsederhanahikmahmuslimNabinasehataliprihatintasawuf
muadz

muadz

Berita Terkait

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

04/03/2021
51
fuad-thohari
Berita

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
42
VAKSINASI COVID-19
Opini

VAKSINASI COVID-19

15/01/2021
123
Next Post

Fatwa Hukum Fidyah Shalat

Fatwa Seputar Penetapan Awal Ramadhan, Idul Fitri Dan Idul Adha

Profil Empat Tempat Rukyatul Hilal di Jakarta

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Saat Ulama 16 Negara Berbincang Seputar Dakwah Ibukota

4 years ago
25

Halal Bi Halal Keluarga Besar MUI Provinsi, MUI Kota dan Kabupaten Serta MUI Kecamatan se-DKI Jakarta

3 years ago
18

Gubernur Anies Titip Ini ke Ulama Saat Buka Musda MUI DKI Jakarta

3 years ago
18

MUI Mencetak Jurnalis Anti Hoax

2 years ago
7

Categories

  • Artikel
  • Berita
  • Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
  • Fatwa
  • Hikmah
  • Himbauan
  • Info Halal
  • Info Lembaga
  • Informasi dan Komunikasi
  • Majalah
  • Opini
  • Pemberdayaan Ekonomi Umat
  • Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga
  • Pembinaan Seni dan Budaya Islam
  • Pendidikan dan Kaderisasi
  • Pengkajian dan Penelitian / LITBANG
  • Ragam
  • TAUSYIYAH
  • Tokoh
  • Ukhuwah Islamiyah

Topics

alamat mui dki bukufatwa dakwah dakwahibukota dakwahinternasional fatwa fatwamui fatwamuidki fatwa mui dki jakarta haji hikmah infokommuidki Islam jaiic jakarta jifest kantor mui dki jakarta ketua mui dki kh munahar muchtar kh yusuf aman kominfomuidkijakarta konferensiinternasional konferensimuidki lppommuidki lppom mui dki jakarta mudzakaroh mui dki jakarta muhammad mui muidki muidkievents muidkijakarta mui dki jakarta mui indonesia muijakartapusat mui provinsi dki jakarta muipusat Nabi pdu pengurus mui dki jakarta pku rakerdamuidkijakarta ramadhan Rasulullah sufi ulama

Highlights

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

Peduli Banjir Di DKI Jakarta, MUI DKI Jakarta Menyerahkan Bantuan Logistik

Pengukuhan PKU XVII dan PDU MUI Jakarta: Ulama Saat Ini Janganlah Menjadi Sapu

MUI Kota Jakarta Selatan Lahirkan Ulama Dalam Wisuda PDU ke 9

Trending

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

by nanda
04/03/2021
51

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya Apapun dalihnya, konsumsi miras tidak akan membawa situasi yang...

fuad-thohari

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
42

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
136

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

02/03/2021
35
MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

28/02/2021
87

Majelis Ulama Indonesia

Provinsi DKI Jakarta

Kelahiran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta termasuk unik. Ia lahir pada tanggal 13 Februari 1975, sementara MUI Pusat lahir pada 17 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975. Artinya MUI Provinsi DKI Jakarta lahir sekitar 5 bulan lebih awal mendahului organisasi induknya.

Tags

Artikel Berita Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Fatwa Hikmah Himbauan Info Halal Info Lembaga Informasi dan Komunikasi Komisi Bidang Lainnya Majalah Opini Pemberdayaan Ekonomi Umat Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga Pembinaan Seni dan Budaya Islam Pendidikan dan Kaderisasi Pengkajian dan Penelitian / LITBANG Ragam TAUSYIYAH Tokoh Ukhuwah Islamiyah

Berita Terbaru

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

© 2021 - Official Website MUI DKI Jakarta, All rights belong to their respective owners.
Bidang Infokom MUI DKI Jakarta.

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • Berita
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In