• Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
Sunday, 11 April, 2021
  • Login
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
No Result
View All Result

FKUB: Jadikan Ramadan Momentum Bangun Rekonsiliasi dan Persaudaraan

Firman Qusnul Yakin by Firman Qusnul Yakin
07/05/2019
in Berita
0
Home Berita
0
SHARES
3
VIEWS
Share on Facebook

Baca JugaBerita Lainnya

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

JAKARTA – Agenda politik nasional tahun 2019 ini tidak hanya menyita perhatian publik, tetapi tidak sedikit juga menyebabkan ketegangan dan keterbelahan masyarakat.
Memasuki bulan suci Ramadan ini kondisi tersebut semestinya harus disudahi. Bulan Ramadan bukan sekedar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari emosi, kebencian dan perpecahan.
Karena Ramadan yang diperingati oleh seluruh umat Islam di berbagai penjuru dunia menjadi momentum terbaik bagi umat Islam membangun persaudaraan dan perdamaian.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta, Prof. Dr. KH. Ahmad Syafii Mufid, MA meminta kepada masyarakat pada umumnya dan masyarakat muslim pada khususnya di Indonesia agar menjadikan bulan Ramadan itu sebagai sarana untuk penyucian jiwa maupun penyucian pikiran dengan membuka, membaca, merenungkan dan memaknai kitab suci Al-Quran. Ini sebagai upaya untuk menyegarkan pikiran dalam membangun persaudaraan dan perdamaian di tengah masyarakat.
“Bulan Ramadan ini tentunya harus kita gunakan sebagai wadah untuk penyucian pikiran agar pikirannya itu menjadi pikiran yang sehat dan pikiran yang bertanggung jawab. Dengan merenungkan dan memaknai Al-Quran itu mudah-mudahan bisa menjadi petunjuk mengenai apa yang harus kita lakukan dalam kondisi bangsa semacam ini. Karena hidup ini adalah sebuah ujian untuk kita agar bisa beramal dan berbuat yang baik untuk negara dan bangsa ini,” ujar Prof. Dr. Ahmad Syafii Mufid di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Lebih lanjut pria yang juga menjabat sebagai Direktur Indonesia Institute for Society Empowerment (INSEP) ini mengatakan, dengan perbuatan yang baik itulah yang nantinya menjadi bekal kita semua sebagai manusia untuk kembali kepada Allah SWT.
“Kalau kita tidak memikirkan itu, tentunya kita nanti yang akan rugi. Sekarang ini kita muda, sebentar lagi menjadi tua, setelah tua kita meninggal. Nah kalau meninggal apa yang kita bawa kalau bukan amal perbuatan kita selama di dunia. Kalau tidak ada yang kita bawa maka kita nanti akan menyesal. Itu dari sisi kegaiban,” ujar peraih Doktoral dari International Institute for Asian Studies (IIAS), Universitas Leiden, Belanda ini.
Lalu dari sisi lahiriyah menurutnya, kalau manusia sudah makin tua, tidak punya lagi jabatan atau pengaruh lagi di masyarakat yang mana hidupnya selama ini dituntun oleh orang lain, maka mereka nantinya akan sadar bahwa apa yang diperbuat dan dilakukannya selama ini dengan berbagai macam model misalkan berbuat jahat, tidak jujur, tidak adil, suka memfitnah atau mengatakan dengan kata-kata yang tidak benar, itu nanti penyesalannya akan luar biasa.
“Itu yang seringkali tidak disadari, tidak dipahami oleh orang-orang yang masih sehat, masih gagah, uangnya banyak dengan kekuasaan itu. Bahwa menjaga lisan dan juga perbuatan kepada sesama umat manusia itu juga merupakan sesuatu bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti,” ujarnya
Tak hanya itu pasca pesta demokrasi yang telah dijalankan bangsa ini, dirinya meminta kepada seluruh masyarakat agar dapat menjalin silaturahmi dengan tidak mengumbar emosi, kebencian, makian dan permusuhan. Dirinya merasa prihatin kalau masih saja ada dari sebagian masyarakat yang berpikirnya untuk sendirian, kelompok yang senantiasa untuk menafihkan diri orang lain dan kelompok orang lain.
“Bolehlah berkontestasi atau bermusabaqoh. Tetapi bermusabaqohlah atau berkontestasilah secara jujur, adil dengan menggunakan pikiran, hati dan perasaan secara baik, utuh, manusiawi dan ber Akhlakul Karimah,” kata peraih Pascasarjana Antropologi dari Universitas Indonesia ini.
Dirinya mengamati dalam jejaring media sosialnya yang ternyata banyak sekali kontestasi itu diwarnai dengan penyebarluasan kampanye negatif atau kampanye hitam dari masing-masing pihak terhadap pihak lawannya. Dan itu terjadi selama delapan bulan lebih dan bahkan memasuki bulan Ramadan ini pun juga masih ada. Hal tersebut entunya menjadi problem besar bangsa ini.
“Karena bangsa ini sudah terkotakkan. Orang yang netral, berada ditengah-tengah pihak dan berusaha bijaksana sudah ditarik kesana-kesini untuk membuat pernyataan ini-itu, dukungan kepada kelompok ini-itu. Sehingga ketika terjadi pemilahan sosial semacam ini tentunya menjadi sulit siapa yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Tentunya ini problem serius buat bangsa kita saat ini,” katanya.
Diakuinya, dengan kondisi seperti itu tentunya agak sulit untuk mencari sosok figur yang netral yang bisa menjadi panutan masyarakat. Namun demikian menurutnya, kita semua tidak boleh putus asa. Di bulan Ramadan inilah sejatinya kita semua mau untuk introspeksi dan mawas diri.
“Apa yang telah kita lakukan selama ini tentunya kita banyak istihfah kepada Allah dan membaca Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia seluruhnya. Karena di dalam Quran itu disebutkan bukan untuk muslimin saja, tapi untuk seluruh manusia. Dan fungsinya untuk membentengi untuk membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah,” ujarnya.
Menurutnya, melakukan tadarus Al-Quran bagi umat muslim itu adalah untuk menempatkan wahyu Allah itu diatas pikiran manusia.
“Jangan di balik wahyu Allah di tafsirkan menurut emosi, perasaan dan nafsu manusia. Kalau terbalik seperti itu yang terjadi adalah panas. Kalau panas itu terjadi maka yang terjadi adalah permusuhan antara yang satu dengan yang lain,” ujar Peneliti Senior Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama ini.
Lalu kepada umat muslim yang sudah memiliki posisi-posisi yang baik itu menurutnya, hendaknya bulan Ramadan ini juga bisa digunakan sebagai sarana untuk penyucian harta dengan ditebarkan untuk kepentingan masyarakat pada umumnya. Karena dengan cara seperti itu maka akan muncul rasa cinta kasih dan kedamaian.
“Kalau cinta kasih dan kedamaian itu muncul dari para tokoh atau para elite, maka masyarakat akan mengikuti dan kembali bahwa kita itu sebagai bangsa yang damai. Yang mana sebagai Bangsa yang satu dengan yang lain, seperti duku yaitu ketika ikrar bersama sebagai Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa lalu dilanjutkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang mana Proklamasi Kemerdekaan itu untuk memakmurkan bangsa Indonesia,” katanya.
Untuk itu mantan Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta ini meminta kepada seluruh umat muslim bahwa bulan Ramadan ini harus bisa menjadi momentum terbaik bagi umat Islam membangun persaudaraan dan perdamaian. Karena masyarakat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia telah menyambut Ramadhan dengan berbagai macam tradisi yang sangat luar biasa, indah dan penuh makna.
“Kalau di Semarang ada acara namayna Warak Ngendog dalam menyambut Ramadan. Warak Ngendok itu adalah simbolisasi yang bermula dari ajaran para wali di jaman dahulu. Warak itu diibaratkan makhluk rekaan yang merupakan akulturasi/ persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang yaitu etnis Cina, etnis Arab dan etnis Jawa sebagai upaya intuk menjaga kehormatan, perilakunya agar sesuai dengan akhlak yang mulia,” ujarnya.
Dijelaskan Syafii Mufid, hal itu terjadi karena di jaman Wali dulu, kalau manusia bisa menjaga perilaku dengan akhlak yang mulia, maka Warak itu akan Ngendok (bertelur) yang artinya berbuah dan bermanfaat, sehingga menjadi manusia yang bermanfaat. Sehingga dapat menjadi manusia yang bisa menjaga moral, budi pekerti, akhlak, karakter yang luhur.
“Nah Ramadan itu di ibaratkan sebagai Warak yang Ngendok itu. Ini merupakan simbolisasi yang dibuat oleh para pendahulu kita tentang memaknai Ramadan dalam bentuk festival atau tradisi yang dibalut dengan kesenian. Bahkan di daerah-daerah lain ada yang berziarah ke makam orang tua dengan mendoakan kedua orang tuanya. Itulah suasana yang menandai datangnya bulan suci Ramdan,” ujarnya.

  • Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya
    Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya
    by nanda●04/03/2021
  • NEGERI DARURAT MIRAS
    NEGERI DARURAT MIRAS
    by nanda●04/03/2021

Tags: infokommuidkimuidkijakarta
Firman Qusnul Yakin

Firman Qusnul Yakin

Salah satu anggota bidang Infokom MUI DKI Jakarta

Berita Terkait

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

04/03/2021
50
fuad-thohari
Berita

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
40
Berita

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
119
Next Post

Merajut Tali Ukhuwah, MUI DKI Selenggarakan Silaturahim dan Halalbihalal

MUI Jakpus: Halalbihalal Sebagai Pemersatu Ummat

Dihadiri Anies Baswedan, MUI DKI Jakarta Gelar Halalbihalal

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Ini Fatwa Panduan Shalat Jumat Lebih Dari Satu Kali Saat Covid-19

Ini Panduan Shalat Berjamaah dan Majelis Taklim Selama Covid-19

10 months ago
321

Sertifikasi Halal Kantin Sekolahan di Seluruh Wilayah DKI Jakarta

5 years ago
4

Ada Raqib dan Atid di Ruang Publik

3 years ago
17

Dihadiri Anies Baswedan, MUI DKI Jakarta Gelar Halalbihalal

2 years ago
13

Categories

  • Artikel
  • Berita
  • Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
  • Fatwa
  • Hikmah
  • Himbauan
  • Info Halal
  • Info Lembaga
  • Informasi dan Komunikasi
  • Majalah
  • Opini
  • Pemberdayaan Ekonomi Umat
  • Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga
  • Pembinaan Seni dan Budaya Islam
  • Pendidikan dan Kaderisasi
  • Pengkajian dan Penelitian / LITBANG
  • Ragam
  • TAUSYIYAH
  • Tokoh
  • Ukhuwah Islamiyah

Topics

alamat mui dki bukufatwa dakwah dakwahibukota dakwahinternasional fatwa fatwamui fatwamuidki fatwa mui dki jakarta haji hikmah infokommuidki Islam jaiic jakarta jifest kantor mui dki jakarta ketua mui dki kh munahar muchtar kh yusuf aman kominfomuidkijakarta konferensiinternasional konferensimuidki lppommuidki lppom mui dki jakarta mudzakaroh mui dki jakarta muhammad mui muidki muidkievents muidkijakarta mui dki jakarta mui indonesia muijakartapusat mui provinsi dki jakarta muipusat Nabi pdu pengurus mui dki jakarta pku rakerdamuidkijakarta ramadhan Rasulullah sufi ulama

Highlights

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

Peduli Banjir Di DKI Jakarta, MUI DKI Jakarta Menyerahkan Bantuan Logistik

Pengukuhan PKU XVII dan PDU MUI Jakarta: Ulama Saat Ini Janganlah Menjadi Sapu

MUI Kota Jakarta Selatan Lahirkan Ulama Dalam Wisuda PDU ke 9

Trending

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

by nanda
04/03/2021
50

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya Apapun dalihnya, konsumsi miras tidak akan membawa situasi yang...

fuad-thohari

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
40

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
119

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

02/03/2021
32
MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

28/02/2021
85

Majelis Ulama Indonesia

Provinsi DKI Jakarta

Kelahiran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta termasuk unik. Ia lahir pada tanggal 13 Februari 1975, sementara MUI Pusat lahir pada 17 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975. Artinya MUI Provinsi DKI Jakarta lahir sekitar 5 bulan lebih awal mendahului organisasi induknya.

Tags

Artikel Berita Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Fatwa Hikmah Himbauan Info Halal Info Lembaga Informasi dan Komunikasi Komisi Bidang Lainnya Majalah Opini Pemberdayaan Ekonomi Umat Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga Pembinaan Seni dan Budaya Islam Pendidikan dan Kaderisasi Pengkajian dan Penelitian / LITBANG Ragam TAUSYIYAH Tokoh Ukhuwah Islamiyah

Berita Terbaru

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

© 2021 - Official Website MUI DKI Jakarta, All rights belong to their respective owners.
Bidang Infokom MUI DKI Jakarta.

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • Berita
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In