• Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
Friday, 5 March, 2021
  • Login
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
    • Data Anggota
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
    • Data Anggota
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
No Result
View All Result

Hukum Melantunkan Al-Qur’an Secara Bersamaan

muadz by muadz
13/12/2016
in Artikel, Berita, Fatwa
0
Home Artikel
0
SHARES
397
VIEWS
Share on Facebook

Bismillahirrahmanirrahim
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, dalam rapatnya pada tanggal 8 Rabi’al Akhir 1422 H, bertepatan dengan tanggal 20 Juli 2001 M, yang membahas tentang Hukum Melantunkan Al-Qur’an Secara Bersamaan (Duet dan Koor)[1], setelah :
Menimbang:

  1. Bahwa akhir-akhir ini, sebagian qari dan qari’ah merasa senang dan bangga jika mereka dapat melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an secara bersama-sama oleh dua orang (duet) atau lebih disertai dengan lagu-lagu yang indah. Hal itu bukan hanya mereka lakukan pada acara-acara keagamaan, tetapi juga direkam dalam pita-pita kaset untuk disebarluaskan kepada masyarakat.

 

  1. Bahwa melantunkan ayat suci al-Qur’an secara bersama-sama oleh dua orang (duet) atau lebih dapat mempengaruhi keikhlasan niat para qari dan qari’ah dari niat semata-mata menyampaikan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai petunjuk atau pembimbing bagi manusia ke arah keselamatan dunia dan akhirat, serta penyembuh dari segala macam penyakit jiwa (hati) yang akan menjerumuskannya ke lembah kesengsaraan dunia dan akhirat, kepada niat memamerkan kehebatan diri mereka (riya’ dan sum’ah).

 

  1. Bahwa sehubungan dengan semakin maraknya pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an secara bersama-sama oleh dua orang qari dan qari’ah atau lebih, maka masyarakat luas terdorong untuk mengajukan pertanyaan kepada Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta tentang Hukum Melantunkan Al-Qur’an Secara Bersamaan (Duet dan Koor).

 

Baca JugaBerita Lainnya

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

  1. Bahwa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang boleh atau tidaknya Hukum Melantunkan Al-Qur’an Secara Bersamaan (Duet dan Koor), maka Komisi Fatwa MUI Provinsi DKI Jakarta memandang perlu untuk memberikan fatwa tentang Hukum Melantunkan Al-Qur’an Secara Bersamaan (Duet atau Koor).

Mengingat:

  1. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia (PD/PRT MUI)
  2. Pokok-Pokok Program Kerja MUI Provinsi DKI Jakarta Tahun 2000 – 2005
  3. Pedoman Penetapan Fatwa MUI

 
 
Memperhatikan:
Saran dan pendapat para ulama peserta rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 8 Rabi’al Akhir 1422 H, bertepatan dengan tanggal 20 Juli 2001 M, yang membahas tentang Hukum Melantunkan Al-Qur’an Secara Bersamaan (Duet atau Koor).
Memutuskan:
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan memohon ridha-Nya memfatwakan sebagai berikut:

  1. Melantunkan al-Qur’an secara duet atau koor seperti yang dilantunkan oleh sebagian qari dan qari’ah Indonesia adalah hukumnya Jika hal itu menimbulkan dampak negatif seperti perubahan huruf atau bacaan sehingga mengubah arti ayat-ayat al-Qur’an dari arti yang sebenarnya maka hukumnya adalah haram. Di antara hujjah (argumentasi)-nya adalah:

 

  1. Melantunkanal-Qur’an secara duet atau koor merupakan bid’ah madzmumah (tercela) yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, para sahabat dan ulama-ulama salaf yang shaleh. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Ibda’ fi Madlar al-Ibtida, halaman 285:

 
و من البدع قرأة القرأن جماعة جماعة المسماة عندهم (بالقرأة الليثية) و هي دائرة بين الحرمة و الكراهة فقد أنكرها الضحاك و قال ما رأيت و لا سمعت و لا أدركت أحدا من الصحابة يفعلها و قال ابن وهب لمالك رحمه الله تعالى أرأيت القوم يجتمعون فيقرؤون جميعا سورة واحدة حتى يختموها فأنكر ذلك و عابه و قال ليس هكذا كان يصنع الناس إنما كان يقرأ الرجل على الأخر يعرضه انتهى
 
“Dan sebagian dari bid’ah yang dibuat-buat adalah membaca Al-Qur’an secara bersama-sama (duet atau koor) yang mereka namakan bacaan laitsiyah. Hal ini termasuk kisaran antara hukum haram dan makruh. Adh-Dhahak berkata: Saya tidak pernah mendengar, melihat atau menjumpai seorang sahabat melakukan hal itu”. Ibnu Wahab berkata: saya bertanya kepada Imam Malik RA: “Bagaimana pendapat anda tentang orang-orang yang bersama-sama membaca satu surat?” Beliau menolak dan mencelanya sambil berkata: “Bukan begitu yang dilakukan umat manusia (para Sahabat dan Tabi’in). Salah seorang di antara mereka membacakan al-Qur’an dan memperdengarkanya kepada orang lain”.
 
Demikian juga disebutkan dalam kitab Al-Itqan, sebagai berikut:[2]
 
 
 
و من ذلك نوع أحدثه هؤلاء الذين يجتمعون فيقرأون كلهم بصوت واحد فيقولون فى قوله تعالى أفلا تعقلون بحذف الألف و قال آمنا بحذف الواو و يمدون ما لا يمد ليستقيم لهم الطريق  التى سلوكها و ينبغى أن يسمى التحريف
 
“Dan di antaranya adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang berkumpul kemudian membaca al-Qur’an dengan satu suara (naa).Mereka mengucapkan firman Allah “Afalaata’qiluun” dengan membuang huruf alif (mad), mereka mengucapkan “Qaaluuaamannaa” dengan membuang huruf waw (mad), mereka panjangkan apa yang seharusnya tidak dipanjangkan sekedar untuk meluruskan jalan (menyamakan nada) yang mereka gariskan. Dan cara inilah yang disebut tahrif (merubah-rubah bacaan al-Qur’an).
 

  1. Melantunkan al-Qur’an secara duet atau koor sangat memungkinkan terjadinya kesalahan dan kesemrawutan dalam bacaan yang disebabkan oleh terputusnya nafas salah seorang Ketika ia selesai mengumpulkan nafas, teman-temannya telah sampai pada bacaan selanjutnya, maka ia terus mengikuti bacaan yang terdahulu itu dengan meninggalkan huruf-huruf atau ayat-ayat yang tertinggal, demi untuk memelihara kesamaan bacaan (nada). Sebagaimana disebutkan dalam kitab Al- Ibda’ fi Madlar al-Ibtida, halaman 285:

 
و قد تؤدى هذه القرأة إلى تقطيع الحروف ولآيات لا تقطاع نفس أحدكم فيتنفس فيجد أصحابه قد سبقوه فيترك بقية الآية أو الكلمة و يلحقهم فيما هم فيه فيشاركهم تارة فى إبتداء الآية و تارة فى أثنائها و بذلك يقرأ القرأن على غير تربية الذى أنزل عليه و فيه ما فيه من الخليط فى كتاب الله تعالى فقد تخـتلط آية رحمة بآية عذاب و آية أمر و آية نهى و آية وعد بآية وعيد إلى غير ذلك، أضف إلى هذا أنهم يتصنعون بحاجرهم أصواتا مختلفة تقشعر منها جلود المؤمنين و تطرب لها نفوس الغافلين و كل ذلك حرام بإجماع المسلمين
 
“Membaca al-Qur’an secara bersama-sama (duet atau koor) terkadang menyebabkan terputusnya beberapa huruf atau beberapa ayat karena terputusnya nafas salah seorang pembaca. Ketika ia selesai menarik (mengumpulkan) nafas, teman-temannya telah sampai pada bacaan selanjutnya, maka ia terus mengikuti bacaan yang terdahulu itu dengan meninggalkan huruf-huruf atau ayat-ayat yang tertinggal, demi untuk memelihara kesamaan bacaan (nada). Terkadang hal itu terjadi pada permulaan ayat, dan kadang pula terjadi di tengah-tengah ayat. Dengan demikian, ia telah membaca al-Qur’an tidak sesuai dengan susunan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Akibat lebih lanjut, hal itu juga menimbulkan kesemrawutan dalam membaca kitab suci al-Qur’an. Mungkin ayat rahmat bercampur baur dengan ayat ‘adzab, ayat perintah bercampur dengan ayat larangan, ayat janji berbaur dengan ayat ancaman dan sebagainya. Lebih dari itu, kadang-kadang mereka membikin-bikin di tenggorokan mereka berbagai macam suara yang menyebabkan berdirinya bulu kuduk orang-orang mu’min dan menimbulkan kesenangan di hati orang-orang yang lalai. Cara pembacaan yang demikian itu adalah haram menurut kesepakatan seluruh ulama muslim”.
 

  1. Melantunkan al-Qur’an secara duet atau koor dapat mendorong para qari dan qari’ah untuk membacanya secara cepat-cepat sehingga tidak memperhatikan makhraj huruf atau kaidah-kaidah ilmu tajwid. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Fadhail al-Qur’an, Juz IV halaman 55:

و قال الإمام أحمد ثنا عبد الوهاب يعنى ابن عطاء ثنا أسامة بن زيد الليثي عن محمد بن المنكدر عن جابر بن عبد الله قال دخل رسول الله صلى الله عليه و سلم المسجد فإذا قوم يقرؤون القرأن قال إقرأ القرأن و ابتغوا به الله عز و جل من قبل أن يأتي قوم يقيمونه إقامة القدح يتعجلونه. و قال أحمد أيضا ثنا خلق بن الوليد ثنا خالد عن حميد الأعراج عن محمد بن المنكدر عن جابر بن عبد الله قال خرج علينا رسول الله صلى الله عليه و سلم و نحن نقرأ القرأن و فينا العجمي و الأعرابي فاستمع فقال اقرؤوا فكل حسن و سيأتي قوم يقيمونه كما يقام القدح يتعجلونه و لا يتأجلونه
 
 
“Menurut riwayat yang diterima oleh Imam Ahmad dari Abdul Wahab Ibnu Atha’ dari Usamah ibn al-Laitsi dari Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir ibn Abdullah RA “Suatu ketika, Rasulullah SAW masuk ke dalam masjid sementara para sahabat sedang membaca al-Qur’an, Nabi berkata: Bacalah al-Qur’an dan carilah keridhaan Allah dengan bacaan itu, sebelum tiba masanya dimana orang-orang membacanya seperti orang menegakkan mangkok, mereka bergegas-gegas menegakkannya dan tidak menegakkannya dengan tenang. Dari Sanad lain, Imam Ahmad meriwayatkan ucapan Jabir bin Abdullah RA sebagai berikut: “Suatu ketika Rasulullah SAW masuk ke tengah-tengah kami pada waktu kami sedang membaca al-Qur’an. Di antara kami ada orang non Arab dan pula orang Arab.Setelah beliau mendengar dan memperhatikan bacaan kami, beliau berkata: Bacalah! Semuanya baik! Nanti akan datang suatu masa, di mana suatu kaum akan membaca al-Qur’an seperti orang menegakkan mangkok, mereka bergegas-gegas menegakkannya dan tidak menegakkannya dengan tenang”.
 

  1. Melantunkan al-Qur’an secara duet atau koor mengharuskan para qari dan qari’ah untuk memelihara keseragaman nada dan Akibatnya, mereka lebih menitikberatkan segi estetika atau keseniannya disbanding dengan memelihara kesucian al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT yang seharusnya dibaca dengan khusyu’ dan dihayati makna-maknanya. Sebagaimana difirmankan dalam surat Shaad, ayat 29:

 
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”. (QS. Shad (38):29)
 

  1. Melantunkan al-Qur’an secara duet atau koor yang dilakukan oleh para qari dan qari’ah sangat dikhawatirkan akan berkembang menjadi mode, di mana kitab suci al-Qur’an tidak lagi dibaca sebagai bacaan suci yang agung yang mengetuk hati nurani para pendengar, tetapi akan merosot menjadi suatu peragaan dan tontonan yang rendah (murah). Sebagaimana telah diingatkan Allah SWT dalam surat al-Jatsiyah, ayat 35:

 
 
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula diberi kesempatan untuk bertaubat”.  
 
Demikian juga firman-Nya dalam surat an-Nisa’, ayat 140:
 
 
 
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga memasuki pembicaraan yang lain), karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka”.
 

  1. Sehubungan dengan keputusan fatwa ini, Komisi Fatwa MUI Provinsi DKI Jakarta menghimbau kepada seluruh umat Islam, khususnya para qari dan qari’ah agar memelihara kesucian dan keagungan al-Qur’an dengan tidak membacanya secara bersama-sama (duet atau koor), sebagaimana yang dilakukan oleh para penyanyi dalam mendendangkan lagu-lagunya. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk memelihara kesucian dan keagungan firman-Nya. Amin.

 
Jakarta, 8 Rabi’ul Akhir 1422 H.
20 Juli 2001 M.
 

KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA DKI JAKARTA
 
Ketua,
 
ttd
 
Prof. KH. Irfan Zidny, MA
Sekretaris,
 
ttd
 
KH. Drs. M. Hamdan Rasyid, MA
Mengetahui,
 
Ketua Umum,
 
ttd
 
KH. Achmad Mursyidi
Sekretaris Umum,
 
ttd
 
Drs. H. Moh. Zainuddin

 
 
[1]Fatwa  ini adalah penyempurnaan dari Penjelasan MUI DKI Jakarta tentang: 1. Pembacaan duet (koor) al-Qur’an, tanggal 22 Dzulhijjah 1406 H/28 Agustus 1986 M yang ditandatangani oleh KH. Achmad  Mursyidi dan H. Gazali Syahlan, 2. Fatwa  MUI  DKI  Jakarta  tentang pembacaan bersama (koor) al-Qur’an, tanggal 8 Sya’ban 1403 H bertepatanpadatanggal 21 Mei 1983 yang ditandatangani oleh KH. Abdullah Syafi’ie dan H. Gazali Syahlan (surat terlampir ).
[2]Jalal ad-Din as-Suyuthi, Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I, hal. 102.

  • Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan
    Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan
    by fachry●25/02/2021
  • Peduli Banjir Di DKI Jakarta, MUI DKI Jakarta Menyerahkan Bantuan Logistik
    Peduli Banjir Di DKI Jakarta, MUI DKI Jakarta Menyerahkan Bantuan Logistik
    by nanda●24/02/2021

Tags: alquranduetfatwafatwamembacaalquranbersamaanfatwamuidkimuidkijakartaqaribersamaanqariqariahduet
muadz

muadz

Berita Terkait

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

04/03/2021
11
fuad-thohari
Berita

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
4
Berita

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
9
Next Post

Prof. Dr. Yahya M. Michot dan Nasehat Ibn Taimiyah untuk Ulama

Jurjen Aandewiel: Populasi Muslim Belanda Kian Meningkat

Syekh Sulaiman Al-Khatib: “Yang Menimpa Suriah Perlu Perhatian Badan-Badan Internasional...”

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Kurban yang Syar`i dan Higienis Dengan Sistem HACCP

5 years ago
31

Pernyataan Wakil Ketua Umum MUI Pusat, DR. K.H. Ma`ruf Amin, tentang ISIS

6 years ago
6

Gubernur Anies Titip Ini ke Ulama Saat Buka Musda MUI DKI Jakarta

2 years ago
16

Inilah Himbauan dan Tausiyah MUI DKI Terkait Ibadah Kurban

2 years ago
24

Categories

  • Artikel
  • Berita
  • Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
  • Fatwa
  • Hikmah
  • Himbauan
  • Info Halal
  • Info Lembaga
  • Informasi dan Komunikasi
  • Majalah
  • Opini
  • Pemberdayaan Ekonomi Umat
  • Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga
  • Pembinaan Seni dan Budaya Islam
  • Pendidikan dan Kaderisasi
  • Pengkajian dan Penelitian / LITBANG
  • Ragam
  • TAUSYIYAH
  • Tokoh
  • Ukhuwah Islamiyah

Topics

alamat mui dki bukufatwa dakwah dakwahibukota dakwahinternasional fatwa fatwamui fatwamuidki fatwa mui dki jakarta haji hikmah infokommuidki Islam jaiic jakarta jifest kantor mui dki jakarta ketua mui dki kh munahar muchtar kh yusuf aman kominfomuidkijakarta konferensiinternasional konferensimuidki lppommuidki lppom mui dki jakarta mudzakaroh mui dki jakarta muhammad mui muidki muidkievents muidkijakarta mui dki jakarta mui indonesia muijakartapusat mui provinsi dki jakarta muipusat Nabi pdu pengurus mui dki jakarta pku rakerdamuidkijakarta ramadhan Rasulullah sufi ulama

Highlights

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

Peduli Banjir Di DKI Jakarta, MUI DKI Jakarta Menyerahkan Bantuan Logistik

Pengukuhan PKU XVII dan PDU MUI Jakarta: Ulama Saat Ini Janganlah Menjadi Sapu

MUI Kota Jakarta Selatan Lahirkan Ulama Dalam Wisuda PDU ke 9

Trending

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

by nanda
04/03/2021
11

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya Apapun dalihnya, konsumsi miras tidak akan membawa situasi yang...

fuad-thohari

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
4

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
9

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

02/03/2021
20
MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

28/02/2021
56

Majelis Ulama Indonesia

Provinsi DKI Jakarta

Kelahiran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta termasuk unik. Ia lahir pada tanggal 13 Februari 1975, sementara MUI Pusat lahir pada 17 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975. Artinya MUI Provinsi DKI Jakarta lahir sekitar 5 bulan lebih awal mendahului organisasi induknya.

Tags

Artikel Berita Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Fatwa Hikmah Himbauan Info Halal Info Lembaga Informasi dan Komunikasi Komisi Bidang Lainnya Majalah Opini Pemberdayaan Ekonomi Umat Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga Pembinaan Seni dan Budaya Islam Pendidikan dan Kaderisasi Pengkajian dan Penelitian / LITBANG Ragam TAUSYIYAH Tokoh Ukhuwah Islamiyah

Berita Terbaru

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

© 2021 - Official Website MUI DKI Jakarta, All rights belong to their respective owners.
Bidang Infokom MUI DKI Jakarta.

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
    • Data Anggota
  • Berita
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In