• Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
Tuesday, 13 April, 2021
  • Login
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • BeritaTerbaru
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI
No Result
View All Result
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta
No Result
View All Result

Tokoh dan Ulama Betawi di Jalur Kooperatif

kiki by kiki
13/01/2017
in Artikel, Berita
0
Home Artikel
0
SHARES
58
VIEWS
Share on Facebook

Baca JugaBerita Lainnya

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

Di bulan Januari ini, warga DKI Jakarta, khususnya masyarakat Betawi, memperingati dua tokohnya yang wafat sebelum Indonesia merdeka, yaitu Mohammad Husni Thamrin (MH Thamrin)  dan Habib Utsman bin Yahya. MH Thamrin, tokoh pergerakan dan pahlawan nasional, wafat pada tanggal 11 Januari 1941 sedangkan Habib Utsman bin Yahya, Mufti Betawi,  wafat pada hari Ahad, 19 Januari 1914. Salah satu yang patut dikenang  dan merupakan kesamaan dari keduanya adalah pilihan berjuang atau berdakwah secara kooperatif di era Pemerintah Hindia Belanda.
Menurut Asvi Warman Adam, Sejarawan LIPI, Selama ini kata “kooperatif ” memiliki konotasi kurang positif. Orang lebih menghargai tokoh yang berjuang secara non-koo. Namun, kedua jalur itu saling melengkapi perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan.  Jika Ir. Soekarno (Bung Karno) dikenal sebagai tokoh non kooperatif, maka MH Thamrin dikenal sebagai tokoh kooperatif di dalam berjuang.  Bila Bung Karno berpidato soal makro, seperti falsafah dan ideologi negara, MH Thamrin menukik kepada persoalan mikro, seperti kampung yang becek tanpa penerangan dan masalah banjir. da memprotes mengapa perumahan elite Menteng yang diprioritaskan pembangunannya, sedangkan kampung kumuh diabaikan. Ia mempersoalkan harga kedelai, gula, beras, karet rakyat, kapuk, kopra, dan semua komoditas yang dihasilkan rakyat.  Sikap MH Thamrin bukanlah kooperatif tanpa reserve.  DIa memiliki prinsip, sebagai tercermin dalam pernyataannya “Nasionalis kooperatif dan nonkooperatif memiliki satu tujuan bersama yang sama-sama yakin pada Indonesia Merdeka! Jika kami kaum kooperator merasa bahwa pendekatan kami tidak efektif, maka kami akan menjadi yang pertama mengambil arah kebijakan politik yang diperlukan. ” (Handelingen Volkraad, 1931-1932).
Sedangkan Habib Utsman bin Yahya dikenal sebagai ulama yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda dalam melakukan dakwah Islam dan memperjuangan kepentingan umat.  Kesediaannya menjadi sebagai mufti Betawi dan diangkat oleh Belanda sebagai Honorair adviseur (Penasehat Kehormatan) untuk urusan Arab, adalah bentuk dari sifat kooperatifnya. Jika MHT Thamrin memiliki tokoh pembanding dari sikap kooperatifnya yang menempuh perjuangan non kooperatif, yaitu Bung Karno, maka Habib Utsman bin Yahya juga memiliki tokoh pembanding dari sikap kooperatifnya yang menempuh jalan dakwah non kooperatif, yaitu Syaikh Salim bin Sumair Al Hadhrami.
Syekh Salim bin Sumair Al Hadhrami, penulis kitab Safinatun An Najah,  dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran, apa pun resiko yang harus diha­dapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para ulama mende­kat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat. Seringkali beliau memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda.
Martin van Bruinessen dalam bukunya yang berjudul “‘Pesantren and kitab kuning: Continuity and change in a tradition of religious learning”  menceritakan per­bedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara  Habib Utsman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim bin Sumair  kurang setuju dengan pendirian  Habib Utsman bin Yahya yang loyal kepada Pemerintah Hindia Belanda.  Habib Utsman bin Yahya sendiri yang pada waktu itu, sebagai Mufti Betawi yang diangkat dan disetujui oleh  Pemerintah Hindia Belanda, sedang berusaha menjern­batani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan Pemerintah Hindia Belanda, sehingga dia merasa perlu untuk mengambil hati para pejabatnya.
            Tuduhan-tuduhan kepada Habib Utsman bin Yahya sebagai antek Belanda dari pihak-pihak yang tidak menyukainya semakin kuat ketika dia bersahabat dengan Snouck Hurgronje. Persahabatannya dengan Snouck Hurgronje memang mengundang kontroversi dan polemik di kalangan ulama dan cendikiawan sampai hari ini. Namun, persahabatan tersebut terjalin karena menurut Habib Ismail bin Yahya bahwa Habib Utsman bin Yahya meyakini Snouck Hurgronje adalah seorang Muslim yang keyakinan ini dibawanya sampai wafat. Sedangkan ketika Habib Ustman bin Yahya sudah wafat, Snocuk Hurgonje masih aktif melakukan misinya.                Dalam rangka mengambil hari para pejabat Pemerintah Hindia Belanda, Habib Utsman bin Yahya, sebagai Mufti Betawi, mem­berikan beberapa fatwa yang seakan-akan mendukung program dan rencana mereka. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim bin Sumair  terlibat dalam polemik panjang dengan Habib Utsman bin Yahya  yang dianggap tidak konsisten di dalam mempertahankan kebenaran. Syekh Salim bin Sumair memang ulama yang dikenal sangat anti de­ngan pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah kafir.
Namun, seperti MH Thamrin, sikap kooperatif Habib Utsman bin Yahya juga bukanlah tanpa reserve. Dikisahkan oleh Habib Ali Yahya, mantan Wapemred Majalah Al Kisah, bahwa pada suatu hari, Habib Utsman bin Yahya datang menghadap ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Istana Buitenzorg (Istana Bogor). Kedatangannya kali ini dengan menempatkan lencana Bintang Oranye, maaf, di bagian pantatnya,  bukan lagi di dada sebelah kiri.  Lencana Bintang Oranye (Orde van Oranye Nassau) diberikan oleh Ratu Belanda, Ratu Wilhelmina, kepada Habib Utsman bin Yahya sebagai penghormatan karena peran dan jasanya kepada Pemerintah Hindia Belanda. Penempatan lencana Bintang Oranye di bagian pantat ini sebagai bentuk protes dan  ketidaksukaan Habib Utsman bin Yahya kepada sikap Pemerintah Hindia Belanda yang terus membiarkan keberadaan peternakan babi yang berada di pinggir sungai.  Padahal Habib Utsman Bin Yahya sudah meminta kepada Pemerintah Hindia Belanda agar peternakan babi itu ditutup sebab sungai di peternakan babi itu digunakan umat Islam untuk mandi dan bersuci.  Habib Utsman bin Yahya bermaksud mengembalikan lencana Bintang Oranye kepada Ratu Belanda melalui Gubernur Jenderal Hindia Belanda jika peternakan babi tersebut tidak ditutup. Gubernur Jenderal Hindia Belanda pun mengabulkan permintaan Habib Utsman Bin Yahya dengan menutup peternakan babi tersebut karena tahu jika Habib Utsman Bin Yahya merupakan salah satu tokoh yang sangat disegani  dan dihormati oleh Ratu Wilhelmina.
Akhir kalam, di era sekarang ini, banyak tokoh dan ulama kita berjuang di jalan kooperatif dalam memperjuangan nasib umat dan bangsa ini. Kiprah mereka memang tidak seheroik tokoh dan ulama yang melakukan perjuangan  di jalan non kooparatif  atau cenderung konfrontatif , bahkan profil dan kiprah mereka nyaris tidak populer dan tidak diliput media massa secara luas. Namun, ketahuilah, peran mereka sama besarnya, sama pentingnya, seperti kedua tokoh dari Betawi ini. RZK (Sumber: Rakhmad Zailani Kiki, Dua Tokoh Betawi di Jalan Kooperatif, Koran Republika, Dialog Jumat, h. 9, 13 Januari 2017)***

  • Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya
    Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya
    by nanda●04/03/2021
  • NEGERI DARURAT MIRAS
    NEGERI DARURAT MIRAS
    by nanda●04/03/2021

kiki

kiki

Berita Terkait

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

04/03/2021
51
fuad-thohari
Berita

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
41
Berita

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
121
Next Post

MUI Provinsi DKI Jakarta Gelar Wisuda PDU - PKU

Plt Gubernur DKI Janji Bakal Berangkatkan Umroh Lulusan Terbaik PDU-PKU

Pendampingan Produk dan Sertifikasi Halal untuk Pebisnis Kuliner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Oleh-Oleh Spiritual dari Rasulullah untuk Jamaah Haji

4 years ago
7

Majalah Info Ulama Edisi 1- 2017

3 years ago
27

MUI DKI Jakarta Masa Khidmat 2018-20123 Gelar Taaruf dan Rakerda

2 years ago
48

Harta Raib dan Ilmu Abadi

6 years ago
87

Categories

  • Artikel
  • Berita
  • Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
  • Fatwa
  • Hikmah
  • Himbauan
  • Info Halal
  • Info Lembaga
  • Informasi dan Komunikasi
  • Majalah
  • Opini
  • Pemberdayaan Ekonomi Umat
  • Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga
  • Pembinaan Seni dan Budaya Islam
  • Pendidikan dan Kaderisasi
  • Pengkajian dan Penelitian / LITBANG
  • Ragam
  • TAUSYIYAH
  • Tokoh
  • Ukhuwah Islamiyah

Topics

alamat mui dki bukufatwa dakwah dakwahibukota dakwahinternasional fatwa fatwamui fatwamuidki fatwa mui dki jakarta haji hikmah infokommuidki Islam jaiic jakarta jifest kantor mui dki jakarta ketua mui dki kh munahar muchtar kh yusuf aman kominfomuidkijakarta konferensiinternasional konferensimuidki lppommuidki lppom mui dki jakarta mudzakaroh mui dki jakarta muhammad mui muidki muidkievents muidkijakarta mui dki jakarta mui indonesia muijakartapusat mui provinsi dki jakarta muipusat Nabi pdu pengurus mui dki jakarta pku rakerdamuidkijakarta ramadhan Rasulullah sufi ulama

Highlights

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

Peduli Banjir Di DKI Jakarta, MUI DKI Jakarta Menyerahkan Bantuan Logistik

Pengukuhan PKU XVII dan PDU MUI Jakarta: Ulama Saat Ini Janganlah Menjadi Sapu

MUI Kota Jakarta Selatan Lahirkan Ulama Dalam Wisuda PDU ke 9

Trending

Berita

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

by nanda
04/03/2021
51

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya Apapun dalihnya, konsumsi miras tidak akan membawa situasi yang...

fuad-thohari

NEGERI DARURAT MIRAS

04/03/2021
41

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

03/03/2021
121

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

02/03/2021
33
MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

28/02/2021
86

Majelis Ulama Indonesia

Provinsi DKI Jakarta

Kelahiran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta termasuk unik. Ia lahir pada tanggal 13 Februari 1975, sementara MUI Pusat lahir pada 17 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975. Artinya MUI Provinsi DKI Jakarta lahir sekitar 5 bulan lebih awal mendahului organisasi induknya.

Tags

Artikel Berita Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Fatwa Hikmah Himbauan Info Halal Info Lembaga Informasi dan Komunikasi Komisi Bidang Lainnya Majalah Opini Pemberdayaan Ekonomi Umat Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga Pembinaan Seni dan Budaya Islam Pendidikan dan Kaderisasi Pengkajian dan Penelitian / LITBANG Ragam TAUSYIYAH Tokoh Ukhuwah Islamiyah

Berita Terbaru

Respon Alquran terhadap Miras dan 10 Ekses Destruktifnya

NEGERI DARURAT MIRAS

Kajian Hukum MUI DKI Jakarta Terhadap PerPres No 10 Tahun 2021

Tausiah Terkait Daftar Bidang Usaha Industri Peredaran Miras

MUI DKI Award 2021, Apresiasi untuk Mereka yang Berjasa

Ahlan Wasahlan Pengurus Baru MUI Kota Jakarta Selatan

© 2021 - Official Website MUI DKI Jakarta, All rights belong to their respective owners.
Bidang Infokom MUI DKI Jakarta.

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI DKI Jakarta
    • Pimpinan MUI DKI
    • Bidang-Bidang
  • Berita
  • Fatwa
  • MUI Kota
    • MUI Jakarta Pusat
    • MUI Jakarta Selatan
    • MUI Jakarta Barat
    • MUI Jakarta Utara
    • MUI Jakarta Timur
    • MUI Kep. Seribu
  • About Us
  • Tanya MUI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In